VIDEO YAYASAN PANDAAN

Jumat, 09 Desember 2011

Sejarah Sembilan Wali / Walisongo (wali9)

“Walisongo” berarti sembilan orang wali”
Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel,Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus,Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saatyang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitanerat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid
Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana MalikIbrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yangberarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalahanak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus muridSunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus muridSunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain,kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hinggapertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. YakniSurabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di JawaTengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektualyang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkanberbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam,niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikanpaling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang keseluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jatibukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri,Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yangpengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muriaadalah pendamping sejati kaum jelata.Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalambudaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Merekaadalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentubanyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yangsangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, jugapengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwahsecara langsung, membuat “sembilan wali” ini lebih banyak disebutdibanding yang lain.Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalampenyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkandiri sebagai “tabib” bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giriyang disebut para kolonialis sebagai “paus dari Timur” hinggaSunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansayang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha.Maulana Malik Ibrahim (1)Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandydiperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikutipengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadiAsmarakandiMaulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi.Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara denganMaulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dariSunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorangulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap diSamarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw.Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja,selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putriraja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenaldengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasacukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M MaulanaMalik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapaorang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerahyang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalosekarang, adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utarakota Gresik.Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagangdengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokokdengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim jugamenyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagaitabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yangberasal dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masihkerabat istrinya.Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Iamerangkul masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Makasempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakatsekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perangsaudara. Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agamadi Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kiniterdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.Sunan Ampel (2)Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad TanahJawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengannama Raden Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampelsendiri, diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama bermukim. Didaerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian dariSurabaya (kota Wonokromo sekarang)Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawapada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440,sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahundi Palembang, kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergike Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernamaDwarawati, yang dipersunting salah seorang raja Majapahit beragamaHindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya.Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dariperkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri.Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan SunanDrajat. Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kotaKudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnyakerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnyaRaden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untukmenjadi Sultan Demak tahun 1475 M.Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan RajaMajapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula iamerangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15, pesantrentersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayahNusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah SunanGiri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untukberdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura.Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada parasantrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankanpada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah“Mo Limo” (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, mohmadon). Yakni seruan untuk “tidak berjudi, tidak minum minumankeras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina.”Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dandimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.Sunan Giri (3)Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin.Sunan Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Adajuga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan denganmasa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya–seorangputri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke laut. Raden Pakukemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versiMeinsma).Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana MalikIbrahim. Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagalmengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluargaisterinya berkelana hingga ke Samudra Pasai.Sunan Giri kecil menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan Ampel,tempat dimana Raden Patah juga belajar. Ia sempat berkelana ke Malakadan Pasai. Setelah merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren di daerahperbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukitadalah “giri”. Maka ia dijuluki Sunan Giri.Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikandalam arti sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat.Raja Majapahit -konon karena khawatir Sunan Giri mencetuskanpemberontakan- memberi keleluasaan padanya untuk mengaturpemerintahan. Maka pesantren itupun berkembang menjadi salah satupusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton. Sebagai pemimpinpemerintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai Prabu Satmata.Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa,waktu itu. Ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, SunanGiri malah bertindak sebagai penasihat dan panglima militerKesultanan Demak. Hal tersebut tercatat dalam Babad Demak.Selanjutnya, Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia diakui jugasebagai mufti, pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa.Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun. Salah seorang penerusnya,Pangeran Singosari, dikenal sebagai tokoh paling gigih menentangkolusi VOC dan Amangkurat II pada Abad 18.Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islamyang gigih ke berbagai pulau, seperti Bawean, Kangean, Madura,Haruku, Ternate, hingga Nusa Tenggara. Penyebar Islam ke SulawesiSelatan, Datuk Ribandang dan dua sahabatnya, adalah murid Sunan Giriyang berasal dari Minangkabau.Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalamilmu fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih.Ia juga pecipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak sepertiJelungan, Jamuran, lir-ilir dan cublak suweng disebut sebagai kreasiSunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung -lagibernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam.Sunan Bonang (4)Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana MalikIbrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahirdiperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila,puteri seorang adipati di TubanSunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian iaberkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen,Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatanSunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Carapenyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali –yangkesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnyapemeluk teguh-menunjuknya.Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah denganmemanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dariarsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasanwudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromiyang dilakukan Sunan Kudus.Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjidmendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinyayang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hinduyang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah merekamendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarahyang berarti “sapi betina”. Sampai sekarang, sebagianmasyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisahtersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarikuntuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknyamengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Denganbegitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus.Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima PerangKesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinanSultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.Sunan Kalijaga (5)Dialah “wali” yang namanya paling banyak disebutmasyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalahArya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontakMajapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telahmenganut IslamNama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memilikisejumlah nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, PangeranTuban atau Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkutasal-usul nama Kalijaga yang disandangnya.Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusunKalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebondan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawamengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam (‘kungkum’)di sungai (kali) atau “jaga kali”. Namun ada yang menyebutistilah itu berasal dari bahasa Arab “qadli dzaqa” yang menunjukstatusnya sebagai “penghulu suci” kesultanan.Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit(berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten,bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiranKerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pulamerancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak.Tiang “tatal” (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiangutama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligussahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung“sufistik berbasis salaf” -bukan sufi panteistik (pemujaansemata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untukberdakwah.Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwamasyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harusdidekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. SunanKalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinyakebiasaan lama hilang.Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkanIslam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suarasuluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaansekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk JadiRaja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringinserta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati diJawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalahAdipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang(sekarang Kotagede – Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu-selatan Demak.nSunan Gunung Jati (6)Banyak kisah tak masuk akal yang dikaitkan dengan Sunan GunungJati. Diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami perjalananspiritual seperti Isra’ Mi’raj, lalu bertemu Rasulullah SAW,bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaeman. (BabadCirebon Naskah Klayan hal.xxii).Semua itu hanya mengisyaratkan kekaguman masyarakat masa itu padaSunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullahdiperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Ibunya adalah Nyai RaraSantang, putri dari raja Pajajaran Raden Manah Rarasa. Sedangkanayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesirketurunan Bani Hasyim dari Palestina.Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14 tahundari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara.Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalanganulama lain, ia mendirikan Kasultanan Cirebon yang juga dikenalsebagai Kasultanan Pakungwati.Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya “walisongo” yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati memanfaatkanpengaruhnya sebagai putra Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam daripesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau Priangan.Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yanglugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastrukturberupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah.Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati jugamelakukan ekspedisi ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umum,menyerahkan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudianmenjadi cikal bakal Kesultanan Banten.Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untukhanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada PangeranPasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah GunungSembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dariarah barat.Sunan Drajat (7)Nama kecilnya Raden Qosim. Ia anak Sunan Ampel. Dengan demikian iabersaudara dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat yangbergelar Raden Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 MSunan Drajat mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untukberdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut. Ia kemudian terdampar diDusunJelog –pesisir Banjarwati atau Lamongan sekarang. Tapi setahunberikutnya Sunan Drajat berpindah 1 kilometer ke selatan danmendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama DesaDrajat, Paciran-Lamongan.Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengambil caraayahnya: langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Meskipundemikian, cara penyampaiannya mengadaptasi cara berkesenian yangdilakukan Sunan Muria. Terutama seni suluk.Maka ia menggubah sejumlah suluk, di antaranya adalah suluk petuah“berilah tongkat pada si buta/beri makan pada yang lapar/beripakaian pada yang telanjang’.Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang bersahaja yang sukamenolong. Di pondok pesantrennya, ia banyak memelihara anak-anakyatim-piatu dan fakir miskin.Sunan Kudus (8)Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung danSyarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwaSunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yangberkelana hingga di Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkatmenjadi Panglima PerangSunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian iaberkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen,Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatanSunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Carapenyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali –yangkesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnyapemeluk teguh-menunjuknya.Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah denganmemanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dariarsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasanwudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromiyang dilakukan Sunan Kudus.Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjidmendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinyayang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hinduyang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah merekamendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yangberarti “sapi betina”. Sampai sekarang, sebagian masyarakattradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisahtersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarikuntuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknyamengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Denganbegitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus.Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima PerangKesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinanSultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.Sunan Muria (9)Ia putra Dewi Saroh –adik kandung Sunan Giri sekaligus anakSyekh Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalahRaden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya dilereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota KudusGaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga.Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal didaerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkanagama Islam.Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkanketerampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalahkesukaannya.Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalamkonflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagaipribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnyamasalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semuapihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juanahingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seniadalah lagu Sinom dan Kinanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar